Menyambut Natal: Bagaimana Kita Merespon Kabar Kelahiran Yesus?
Kisah kelahiran Yesus bukan hanya cerita tentang sebuah peristiwa besar dalam sejarah; itu adalah kisah tentang beragam respon manusia ketika Allah hadir ke dalam dunia. Setiap tokoh dalam peristiwa Natal menunjukkan sikap hati yang berbeda—dan dari merekalah kita belajar bagaimana menyambut Kristus hari ini.
1. Para Gembala: Orang Sederhana yang Dijumpai Allah (Luk 2:9)
Para gembala adalah kelompok yang sering dipandang rendah dalam masyarakat. Mereka tidak memiliki keahlian khusus atau kehormatan sosial. Namun justru kepada merekalah Allah pertama kali mengutus malaikat untuk membawa “kabar baik besar untuk seluruh bangsa”.
Ini menunjukkan bahwa inisiatif perjumpaan datang dari Allah, bukan kemampuan manusia. Tuhan tidak menunggu mereka menjadi lebih rohani atau lebih layak—Dia datang menghampiri mereka apa adanya.
Natal mengingatkan bahwa Allah tetap datang kepada kita, bahkan ketika kita merasa tidak layak atau tidak diperhitungkan.
2. Orang Majus: Orang Bijak yang Mencari Dengan Hati Haus (Mat 2:2)
Berbeda dari para gembala, orang Majus adalah kaum terpelajar, mampu membaca rasi bintang, dan punya sumber daya untuk melakukan perjalanan jauh. Mereka tidak dijumpai malaikat; mereka mencari sendiri tanda dari Tuhan dan mengikutinya hingga bertemu Yesus.
Orang Majus mengajarkan bahwa:
- Tuhan menyambut mereka yang sungguh ingin mencari kebenaran.
- Pencarian yang tulus selalu berakhir di hadapan Kristus.
Ada orang yang Tuhan hampiri, ada pula yang dipimpin-Nya untuk mencari. Keduanya sama berharga di mata Allah.
3. Imam dan Ahli Taurat: Tahu Banyak, tapi Tidak Merespon (Mat 2:4–6)
Ironisnya, orang yang paling tahu tentang nubuatan Mesias justru tidak bergerak sedikit pun untuk mencari-Nya. Mereka tahu jawaban kitab suci, tetapi tidak tergerak oleh kabar itu.
Ini adalah peringatan bagi setiap orang percaya:
Mengetahui firman bukan jaminan seseorang mengenal Yesus yang hidup.
Tanpa hati yang merespon, pengetahuan hanya tinggal informasi.
4. Herodes: Respon Penolakan dan Perlawanan (Mat 2:13)
Herodes mendengar kabar kelahiran Raja Yahudi, tetapi bukan sukacita yang muncul—melainkan ancaman dan ketakutan. Ia takut tahtanya terganggu, sehingga ia mencari cara untuk membunuh Yesus.
Sampai hari ini masih ada orang yang menolak Allah bukan karena tidak mengerti, tetapi karena takut Kristus mengganggu zona nyaman atau ambisi mereka.
Natal mengingatkan bahwa Injil selalu menuntut keputusan: menerima atau menolak.
5. Simeon dan Hana: Respon Penantian yang Setia (Luk 2:25–26)
Simeon dan Hana adalah gambaran orang-orang yang hidup dengan pengharapan. Mereka terus berdoa, menantikan janji Allah bertahun-tahun. Dan ketika akhirnya mereka melihat Yesus, hati mereka dipenuhi syukur dan damai.
Mereka mengajarkan kita bahwa:
- Janji Tuhan tidak pernah terlambat.
- Hati yang setia menunggu akan dipuaskan pada waktu Tuhan.
Natal adalah momen merayakan Allah yang menepati janji-Nya.
Penutup: Tahun Ini, Seperti Siapakah Respon Kita?
Natal menawarkan pertanyaan yang sangat pribadi:
- Apakah kita seperti gembala, yang bersedia menerima kasih karunia Allah apa adanya?
- Seperti orang Majus, yang mencari dan mengikuti terang sampai menemukan Yesus?
- Seperti imam dan ahli Taurat, tahu banyak tetapi tidak bergerak?
- Atau seperti Herodes, yang takut kehilangan kendali sehingga menolak Kristus?
- Atau seperti Simeon dan Hana, yang menyambut janji Allah dengan syukur?
Natal bukan sekadar perayaan, tetapi undangan untuk merespon Tuhan yang datang menjumpai kita.
Kiranya tahun ini kita menyambut Yesus dengan hati yang terbuka, penuh syukur, dan siap mengikuti pimpinan-Nya. Selamat menyambut Natal! 🎄✨
No comments:
Post a Comment